Allah
ta’ala berfirman (yang
artinya), “Allah bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) -yang benar- selain
Dia, dan [bersaksi pula] para malaikat serta orang-orang yang berilmu, demi
tegaknya keadilan. Tiada ilah [yang benar] selain Dia, Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (QS. Ali ‘Imran: 18)
Imam
Ibnu Abil ‘Izz al-Hanafi rahimahullah
berkata, “Ayat yang mulia ini mengandung penetapan hakikat tauhid dan bantahan
bagi seluruh kelompok sesat. Ia mengandung persaksian yang paling mulia, paling
agung, paling adil, dan paling jujur, yang berasal dari semulia-mulia saksi
terhadap sesuatu perkara yang paling mulia untuk dipersaksikan.” (lihat Syarh al-’Aqidah ath-Thahawiyah, hal.
90 cet. al-Maktab al-Islami)
Makna
persaksian ini adalah bahwa Allah telah mengabarkan, menerangkan,
memberitahukan, menetapkan, dan memutuskan bahwa segala sesuatu selain-Nya
bukanlah ilah/sesembahan [yang benar] dan bahwasanya penuhanan segala sesuatu
selain-Nya adalah kebatilan yang paling batil. Menetapkan hal itu [ilahiyah
pada selain Allah] adalah kezaliman yang paling zalim. Dengan demikian, tidak
ada yang berhak untuk disembah kecuali Dia, sebagaimana tidak layak sifat
ilahiyah disematkan kepada selain-Nya. Konsekuensi hal ini adalah perintah
untuk menjadikan Allah semata sebagai ilah dan larangan mengangkat selain-Nya
sebagai sesembahan lain bersama-Nya (lihat at-Tafsir al-Qayyim, hal. 178 oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah)
Allah
ta’ala berfirman (yang
artinya), “Yang demikian itu, karena Allah adalah [sesembahan] yang benar,
adapun segala yang mereka seru selain Allah adalah batil. Dan sesungguhnya
Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Hajj: 62)
Imam
Ibnu Katsir rahimahullah
menjelaskan, “Adapun segala yang mereka seru selain Allah adalah batil; yaitu
patung, tandingan, berhala, dan segala sesuatu yang disembah selain Allah maka
itu adalah [sesembahan yang] batil; karena ia tidak menguasai kemanfaatan
maupun madharat barang sedikit pun.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [5/449])
EmoticonEmoticon