Ada
beberapa sebab munculnya syirik:
(a)
Al-Jahlu (kebodohan)
Karenanya
masyarakat sebelum datangnya Islam disebut dengan msyarakat jahiliyah. Sebab
mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh
dengan kebodohan itu, orang-orang cenderung berbuat syirik. Karenanya semakin
jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecenderungan berbuat syirik semakin
kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi
rujukan utama. Mengapa, sebab mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka
tidak tahu bagaimana seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka
hadapi. Ujung-ujungnya para dukun sebagai nara sumber yang sangat mereka
agungkan.
(b)
dhu'ful iimaan (lemahnya iman)
Seseorang
yang lemah imannya cenderung berbuat maksiat sebab rasa takut kepada Allah
tidak kuat. Lemahnya rasa takut akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk
menguasai dirinya. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya maka tidak
mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik, seperti memohon
kepada pohon besar karena ingin segera kaya, datang ke kuburan para wali untuk
minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden atau selalu merujuk kepada para
dukun supaya penampilannya tetap memikat hati banyak orang dan lain sebagainya.
(c)
taqliid (taklid buta)
Di
dalam Al Qur’an selalu digambarkan orang-orang yang menyekutukan Allah dengan
alasan karena mengikuti jejak nenek moyang mereka. Allah berfirman dalam surat
Al A’raf (7) ayat 28:
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji [7],
mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang
demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya." Katakanlah:
"Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji."
Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?
[7]
Seperti: syirik, thawaf telanjang di sekeliling ka'bah dan sebagainya.
Dalam
surat Al-Baqarah (2) ayat 170:
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah
apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi
kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".
Dalam
surat Al-Maidah (5) ayat 104:
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah
mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul", mereka menjawab:
"Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk?
EmoticonEmoticon